Fengshui, ilmiahkah?

Posted by m45w1nd at 6:14 AM

Monday, July 21, 2008

Anda pasti sudah pernah mendengar istilah fengshui. Fengshui pada dasarnya adalah kepeercayaan bangsa Cina, yang digunakan dalam mendesain sebuah bangunan atau ruangan. Definisi jelasnya, kurang saya pahami. Namun yang saya tahu, fengshui mengunakan unsur-unsur alam (air, udara, api, angin), arah bangunan, penataan ruangan, lokasi, dan banyak lagi unsur-nsur lain. Kini, fengshui banyak digunakan dalam perancangan bangunan modern, karena memang fengshui telah terbukti secara ilmiah.

Tahukah Anda mengenai rumah tusuk sate? Rumah tusuk sate, adalah rumah yang tepat berada di depan sebuah pertigaan. Menurut fengshui, rumah jenis ini memiliki peruntungan yang kurang baik. Biasanya para ahli fengshui memberikan saran berikut :
1. Menanam pepohonan di depan rumah, berupa bambu atau jenis tanaman lainnya.
2. Memasang cermin di depan rumah.
3. Mengubah arah pintu depan, ke arah samping.

Kalau dicermati secara ilmiah, posisi rumah tusuk sate memang memiliki beberapa kelemahan :
1. Posisinya riskan tertabrak kendaraan yang melaju dari arah depan (dapat diatasi dengan me- nanam pepohonan di depan rumah)
2. Pada malam hari penghuni akan terganggu oleh sorotan sinar lampu kendaraan dari arah
depan (dapat diatasi dengan memasang cermin di depan rumah)
3. Tiupan angin dan debu dari arah depan akan mudah masuk ke rumah (diatasi dengan mena-
nam tanaman/pohon di depan rumah)
4. Kegiatan di dalam rumah mudah terlihat dari jalan (diatasi dengan mengubah arah pintu ma-
suk ke samping)

Ternyata fengshui cukup ilmiah, bukan?

Thursday, July 10, 2008

Mencari rumah merupakan pengalaman yang menyenangkan , sekaligus melelahkan. Karena rumah merupakan salah satu pembelian termahal dalam hidup, banyak sekali pertimbangan yang kami ambil ketika memilih rumah, antara lain :
1. Harga rumah, disesuaikan dengan uang kemampuan membayar uang muka dan membayar cicilan rumah.
2. Lokasi. Berikut ini adalah pertimbangan ketika memilih lokasi :
a. Akses, dekat dengan sekolah, stasiun, pintu tol, dan tempat kerja
b. Tidak banjir
3. Air bersih, apakah air tanahnya bagus, atau adakah saluran PAM.
4. Kualitas bangunan, material penyusun dinding, kusen, atap, dsb.

Berdasar pertimbangan-pertimbangan di atas, akhirnya saya beserta calon istri (waktu itu), berkeliling Bekasi, berburu rumah, karena kami berdua bekerja di Bekasi. Mungkin ada sekitar 10 perumahan baru, yang kita kunjungi saat itu, namun belum ada yang terasa cocok. Waktu itu anggaran kami hanya sekitar 150 juta, dan dengan anggaran itu rumah baru yang bisa kami beli hanyalah tipe 36/90. Mungkin dengan dinding batako, kami bisa mendapat rumah dan tanah yang lebih luas. Tapi ngeri ah, kalo dindingnya dari batako, karena kalo membuat gantungan di tembok, dindingnya mudah hancur.

Selain mengunjungi beberapa developer, kami juga iseng-iseng mengunjungi beberapa rumah bekas yang dijual. Setelah dipikir-pikir ternyata dengan modal yang terjangkau, kami bisa membeli rumah denagn spesifikasi bata merah, dan tanah yang lumayan luas. Akhirnya saya mulai browsing di internet untuk mencari rumah bekas yang dijual. Kalau dari harga, spesifikasi, dan penampilan membuat kami tertarik, kami segera mengunjungi lokasi tersebut. Mungkin ada sekitar 5 rumah bekas yang kami kunjungi sebelum menemukan "sweet-home" kami.

Ceritanya begini, waktu itu kami baru saja menghadiri acara keluarga calon istri di Bogor, bersama calon mertua. Di sana saya dikenalkan dengan keluarga dari calon istri. Akhirnya kami diajak jalan-jalan keliling Bekasi, mencari rumah. Waktu itu saudara saya merekomendasikan Perumahan Bumi Anggrek, yang bebas banjir (thx, bro). Setelah setengah harian berkeliling kemi menemukan sebuah rumah bekas, yang telah direkondisi, sehingga nampak seperti rumah baru. Dari luar rumah tersebut tampak menarik bagi kami berdua. Setelah menghubungi pemilik rumah, minggu berikutnya kami mandatangi rumah tersebut untuk melihat "isi"nya. Istri dan Adik saya pun tampaknya sudah "jatuh cinta" dengan rumah tersebut.

Minggu-minggu berikutnya adalah negosiasi harga dengan pemilik rumah. Setelah sepakat dengan harganya, kami menentukan hari akad jual belinya. Atas saran seorang teman, kami mencari notaris sendiri. Bukan apa-apa sih...cuman buat jaga-jaga. Yang berat itu ya mbayarnya, karena ternyata pemilik rumah minta dibayar cash. Beberapa penjual rumah sekon memang tidak mau ribet berurusan dengan bank. Setelah utang sana-sini akhirnya terkumpulah sejumlah uang untuk pembayaran rumah berikut pajak serta biaya notaris, niat kami memang begitu akad jual beli langsung mengajukan KPR refinancing, untuk menutup utang-utang kami, dan mengalihkannya ke KPR.
Dan jual belipun terjadi.
Hore akhirnya kami punya rumah...........!!!

Rumahku Istanaku

Posted by m45w1nd at 8:01 AM

Sunday, July 6, 2008



Rumah kami, rumah yang kecil, sederhana, namun nyaman dan asri :)

Real Estate Journal